LETAK SUNGSANG





A. Pengertian

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :

1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.

2. Letak bokong kaki

3. Letak lutut

4. Letak kaki

Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.


B. Etiologi

Penyebab letak sungang :

1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.

2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).

3. Gemeli (kehamilan ganda)

4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.

5. Janin sedah lama mati.

6. sebab yang tidak diketahui.


C. Klasifikasi

1. Letak bokong (Frank Breech)

Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % )

2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)

Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang )

3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech)

adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :

- Kadua kaki : Letak kaki sempurna

Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna

- Kedua lutut : Letak lutut sempurna

Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna

Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :

1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)

2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)

3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)

4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)


D. Tanda dan Gejala

1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.

2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.

3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.

4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.


E. Diagnosis

1. Palpasi

Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.

2. Auskultasi

DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.


Ddj X djj X


3. Pemeriksaan dalam

Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang – kadang kaki (pada letak kaki)

Bedakan antara :

- Lubang kecil - Mengisap

- Tulang (-) - Rahang Mulut

- Isap (-) Anus - Lidah

- Mekoneum (+)


- Tumit - Jari panjang

- Sudut 90 0 Kaki - Tidak rata Tangan siku

- Rata jari – jari - Patella (-)


- Patella Lutut

- Poplitea


4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus

F. Patofisiologi

Bayi letak sungsang disebabkan :

1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi

2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul

3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir

G. Penatalaksanaan

1. Sewaktu Hamil

Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar. Tehnik :

a. Sebagai persiapan :

1) Kandung kencing harus dikosongkan

2) Pasien ditidurkan terlentang

3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu

4) Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.

b. Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu

c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.

d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.

e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.

2. Pimpinan Persalinan

a. Cara berbaring :

- Litotomi sewaktu inpartu

- Trendelenburg

b. Melahirkan bokong :

- Mengawasi sampai lahir spontan

- Mengait dengan jari

- Mengaik dengan pengait bokong

- Mengait dengan tali sebesar kelingking.

c. Ekstraksi kaki

Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)

3. Cara Melahirkan Pervaginam

Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe)

Waktumemimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :

Fase I : fase menunggu

Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm

Fase II : fase untuk bertindak cepat.

Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid

H. Prognasis

1. Bagi ibu

Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.

2. Bagi anak :

Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.

Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam waktu 8 menit.


I. Proses Keperawatan Ibu Dengan Letak Sungsang

1. Pengkajian

a. Aktifitas / Istirahat :

Melaporkan keletihan, kurang energi

Letargi, penurunan penampilan

b. Sirkulasi

Tekanan darah dapat meningkat

c. Eliminasi

Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada

d. Integritas ego

Mungkin sangat cemas dan ketakutan

e. Nyeri / Ketidaknyamanan

Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).

Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).

f. Keamanan

Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala

Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi bokong)

Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara

g. Seksualitas

Dapat primigravida atau grand multipara

Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.

h. Pemeriksaan Diagnosis

- Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple

- Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan formasi.


2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir

b. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin

c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin

d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri

Intervensi :

1) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan

(Rasional : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman)

2) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana

(Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.

3) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu

(Rasional : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan)

4) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, pemberian es batu)

(Rasional : Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien)

5) Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM

(Rasional : Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi)

6) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi

(Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus)

Kriteria Evaluasi :

- Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan

- Tampak rileks diantara kontraksi

- Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi

b. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin

Intervensi :

1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi

(Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat)

2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan persalinan

(Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama)

3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik

(Rasional : Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal / janin)

4) Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin

(Rasional : Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama)

5) Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi

(Rasional : Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks)

6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.

(Rasional : Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik)

7) Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi

(Rasional : Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina)

Kriteria Evaluasi :

- Tidak terdapat cedera pada ibu

c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin

Intervensi :

1) Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan periodik dan frekuensi dasar.

(Rasional : Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis)

2) Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia

(Rasional : Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos)

3) Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang

(Rasional : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos)

4) Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong

(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria)

5) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan PKA

(Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila presentasi selain verteks)

Kriteria Evaluasi :

- Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat

d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

Intervensi Keperawatan :

1) Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi / penonjolan

(Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi)

2) Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan

(Rasional : Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional)

3) Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi

(Rasional : Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik)

4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi

(Rasional : Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping)

5) Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari

(Rasional : Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara positif)

Kriteria Evaluasi :

- Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi

- Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efekti
  



Polihidramnion adalah berlebihnya produksi cairan amnion (ketuban) di dalam rahim. Polihidramnion dapat disebabkan karena berlebihnya produksi, berkurangnya penyerapan cairan, atau penyebab lain. Penyebabnya diantaranya adalah :
penyebab dari ibu
obstruksi / sumbatan dari saluran pencernaan
gangguan menelan janin
poliuria janin (janin terlalu banyka berkemih)
infeksi kongenital
gagal jantung kongestif
penyebab idiopatik

Hidramnion akut adalah salah satu subtipe dari hidramnion dimana cairan amnion secara cepat berakumulasi dan menghasilkan keluhan pada ibu. Hidramnion akut umumnya terjadi pada kasus twin-twin transfusion syndrome. Twin-twin transfusion syndrome adlah sindroma dimana salah satu janin mendapatkan suplai darah yang lebih besar dibandingkan kembarannya.

Risiko dari terdapatnya hidramnion akut ini adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) dimana ketuban pecah sebelum waktunya dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi dalam rahim, melahirkan prematur, gangguan perkembangan janin dalam rahim, putusnya tali pusat janin, peningkatan angka operasi sesar, dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan).

Berdasarkan beberapa jurnal yang diterbitkan oleh British Medical Journal dan BJOG : An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, hidramnion akut dapat diatasi dengan cara parasintesis uteri (rahim). Parasintesis uteri adalah metode mengurangi cairan amnion dengan menghisapnya melalui jarum yang ditusukkan dari perut. Namun pada beberapa kasus dimana didapatkan adanya malformasi (kecacatan), induksi atau perangsangan untuk pengeluaran janin pervaginam (secara normal) merupakan indikasi.

Sebaiknya masalah ini dikonsultasikan secara langsung ke dokter spesialis kebidanan yang menangani. Beliau akan memonitor seberapa banyak cairan di rahim, ukuran rahim, dan melakukan prenatal care. Hidramnion akut akan ditelusuri penyebabnya (bila memang ada penyebabnya), dan diterapi sesuai dengan penyebab dasarnya

KONSEP EKLAMSI
Batasan
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) (Wirjoatmodjo, 1994: 49).
Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada ante, intra dan post partum (Angsar MD, 1995: 41) .
Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49)
Pembagian Eklamsi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
  1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat  inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
  1. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.      ( Manuaba, 1998: 245)
Gejala Klinis Eklamsi
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
  1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
a) Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
1) Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
2) Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3) Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah  berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
4) Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)
  1. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
a) Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ                 (Wirjoatmodjo, 1994: 49) .
Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
  1. Berdasarkan gejala klinis diatas
Pemeriksaan laboratorium  meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
a Kardiologi
b Optalmologi
c Anestesiologi
d Neonatologi dan lain-lain
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:
1. Febrile convulsion   ( panas +)
2. Epilepsi                    ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus                    ( kejang tonik atau kaku kuduk)
4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)
Komplikasi Serangan
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:
1. Lidah tergigit
2. Terjadi perlukaan dan fraktur
3. Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan
( Muchtar Rustam, 1995:226)
Bahaya Eklamsi
  1. Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah  menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
  1. Bahaya eklamsi pada janin Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR   (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim (Pedoman Diagnosis dan  Terapi, 1994:  43).
Prognosa
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah:
1. Koma yang lama
2. Nadi diatas 120 per menit
3. Suhu diatas 39°C.
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari sepuluh serangan
6. Priteinuria 10 gr sehari atau lebih
7. Tidak adanya oedema.  ( M Dikman A, 1995: 45)
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
  1. Konsep pengobatan
Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.
  1. Obat untuk anti kejang
MgSO4   ( Magnesium Sulfat) Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
Syarat :  reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan  Mg SO 4   20 %, 2gr I.V.  pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.
Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas  kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V  pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO 4
HIDROSEFALUS KONGENITAL
        
        Hidrosefalus  adalah keadaan dimana  terjadi  akumulasi 
        CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel  dan 
        ruang subarakhnoid. Bila akumulasi CSS yang  berlebihan 
        terjadi  diatas hemisfer serebral, keadaan ini  disebut 
        higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada ka- 
        sus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada  sis- 
        tema ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai  hidrose- 
        falus internal.
             Peninggian TIK harus dibedakan dari peninggian te- 
        kanan intraventrikuler. Beberapa lesi intrakranial  me- 
        nyebabkan peninggian TIK, namun tidak perlu menyebabkan 
        hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen  de- 
        ngan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi  sereb- 
        ral.  Juga, dilatasi ventrikuler tidak  selalu  berarti 
        hidrosefalus dan juga tampak pada atrofi serebral. Hid- 
        rosefalus  adalah kesatuan klinik yang  dibedakan  oleh 
        tiga  faktor: (1) peninggian tekanan  intraventrikuler, 
        (2) penambahan volume CSS, dan (3) dilatasi rongga CSS.
             Hidrosefalus  internal menyebabkan peninggian  te- 
        kanan intraventrikuler dan pembesaran sistem  ventriku- 
        ler.  Mantel serebral terregang dan menipis. Sentrum o- 
        val, talamus dan ganglia basal tertekan. Akson kortiko- 
        spinal dan kortikotalamik tertekan dan terregang, serta 
        mielinasinya  terganggu. Giri hemisfer serebral  menda- 
        tar, dan vaskulatur serebral terregang. Septum  pelusi- 
        dum menjadi tipis, seperti juga vault dan dasar tengko- 
        rak. Rongga subarakhnoid serta sisterna diluar hemisfer 
        serebral berdilatasi, umumnya dengan tidak mengindahkan 
        jenis dari hidrosefalus. Nekrosis subependimal serta e- 
        dema  akibat pendataran dan robeknya lapisan ependimal, 
        serta pembesaran ruang ekstraseluler, dapat dilihat pa- 
        da mikroskop elektron.
             Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, 
        volume  CSS, dan ukuran ventrikel menimbulkan  kelainan 
        berikut: pembesaran kepala, penonjolan fontanel,  sepa- 
        rasi  sutura, tanda MacEwen positif,  fenomena  setting 
        sun,  scalp yang mengkilap, dilatasi vena scalp,  stra- 
        bismus konvergen atau divergen, tangis yang high pitch- 
        ed, postur opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang. 
        Gejala  klinik ini biasanya tampak  pada   hidrosefalus 
        progresif  cepat. Mereka dapat terjadi  bersamaan  atau 
        bergantian. Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau  ri- 
        ngan,  hanya  perubahan ringan pada  sutura,  fontanel, 
        scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrose- 
        falus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tam- 
        pil  hingga pasien mulai berjalan, dimana  keadaan  ini 
        dibuktikan dengan langkah berdasar-lebar, para paresis, 
        hemianopia bitemporal, dan retardasi mental.
             Pada hidrosefalus infantil, hidrosefalus primer a- 
        tau idiopatik sangat lebih banyak dari hidrosefalus se- 
        kunder.  Gejala mungkin tampak dini pada kehidupan  in- 
        trauterin atau terlambat, beberapa bulan setelah lahir. 
        Gejala  mungkin tampak tiba-tiba (hidrosefalus  akuta), 
        atau  perlahan-lahan (hidrosefalus   kronika). Insidens 
        hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000  ke- 
        lahiran.  Hidrosefalus terjadi pada tiga per  100  anak 
        yang lahir dari orangtua yang memiliki anak  mielomeni- 
        ngosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyak- 
        an kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik).  Ke- 
        kecualian  hanya pada hidrosefalus herediter  yang  sex 
        linked, disebabkan oleh stenosis akuaduktal. Jenis hid- 
        rosefalus  ini merupakan kurang dari tiga  persen  dari 
        hidrosefalus  kongenital. Bila anak pertama  diperkira- 
        kan memiliki hidrosefalus primer, diperlukan  konseling 
        genetika. Bila anak kedua dipastikan laki-laki dari am- 
        niosentesis, aborsi harus dipikirkan.
             Hidrosefalus mungkin disebabkan oleh satu dari ti- 
        ga  faktor: (1) produksi CSS yang berlebihan, (2)  obs- 
        truksi jalur CSS, dan (3) gangguan absorpsi CSS.
             Hidrosefalus sekunder sering disebabkan oleh kela- 
        inan  berikut: (1) hematoma subdural, (2) tumor  intra- 
        ventrikuler,  (3)  tumor para sellar, (4)  tumor  fossa 
        posterior, (5) cedera kranioserebral, (6) infeksi  lep- 
        tomeningeal, (7) perdarahan subarakhnoid, (8)  karsino- 
        matosis atau sarkomatosis mening, dan (9)  toksoplasmo- 
        sis.
 
 
 
 
 
 

        
        
        DIAGNOSIS HIDROSEFALUS 
        
        
        Penyebab obstruksi
        
        Kebanyakan hidrosefalus kongenital adalah  hidrosefalus 
        primer atau idiopatik. Hidrosefalus mungkin  disebabkan 
        lesi  massa yang tak terperkirakan, seperti  tumor  dan 
        sista.  Karenanya harus hati-hati untuk tidak saja  me- 
        nentukan tempat obstruksi, namun juga untuk  menentukan 
        penyebab obstruksi dalam mendiagnosis hidrosefalus.
             Hipersekresi CSS diketahui sebagai penyebab hidro- 
        sefalus pada papiloma pleksus khoroid, namun perdarahan 
        perlahan berkala juga dipikir sebagai kemungkinan meka- 
        nisme obstruksi daerah absorpsi.


        Menetapkan Tempat Obstruksi Jalur CSS
        
        CT scan secara tepat menggambarkan struktur intrakrani- 
        al, terutama ruang CSS, dan tak mungkin dihindarkan un- 
        tuk  mendiagnosis hidrosefalus. Penilaian  tempat  obs- 
        truksi dengan CT scan berdasar pada titik transisi dari 
        ruang  CSS yang berdilatasi dan yang tidak.  Kebanyakan 
        kasus hidrosefalus disebabkan oleh obstruksi jalur  CSS 
        (hidrosefalus obstruktiva). Ada dua jenis obstruksi ja- 
        lur CSS: obstruksi intraventrikuler (hidrosefalus  obs- 
        truktif intraventrikuler atau nonkomunikans)  dan  obs- 
        truksi  ekstraventrikuler (hidrosefalus obstruktif  in- 
        traventrikuler atau komunikans). Secara  umum  dilatasi 
        ventrikuler lebih jelas pada obstruksi intraventrikuler 
        dibanding obstruksi ekstraventrikuler.
             Kebanyakan  keadaan berikut adalah didapat  diban- 
        ding kongenital, namun pengetahuan mengenainya diperlu- 
        kan untuk mengerti sepenuhnya tentang hidrosefalus  dan 
        untuk  diagnosis diferensial. Pada banyak kasus  bentuk 
        didapat  dapat dikenal dan bentuk kongenital  karenanya 
        tersingkirkan.
        
        
        Hidrosefalus Obstruktiva Intraventrikuler
        
        Pada dilatasi monoventrikuler, obstruksi foramina Monro 
        (atresia satu foramina Monro) berakibat dilatasi unila- 
        teral  dari ventrikel lateral pada sisi yang  obstruksi 
        dan menyebabkan hidrosefalus unilateral atau  asimetri- 
        kal. Bila terjadi dilatasi biventrikuler, obstruksi ke- 
        dua  foramina Monro atau ventrikel  ketiga  menyebabkan 
        hidrosefalus simetrikal.
             Pada dilatasi triventrikuler, obstruksi akuaduktus 
        (stenosis  akuaduktus) menyebabkan  dilatasi  ventrikel 
        lateral dan ventrikel ketiga. Ventrikel keempat  biasa- 
        nya normal dalam ukuran dan lokasinya. 
             Pada dilatasi tetraventrikuler, atau  panventriku- 
        ler, obstruksi outlet ventrikel keempat (atresia  fora- 
        mina  Luschka dan Magendie) menyebabkan dilatasi  semua 
        bagian sistema ventrikuler, terutama ventrikel  keempat 
        (transformasi sistik ventrikel keempat, atau sista Dan- 
        dy-Walker).
        
        
        Hidrosefalus Obstruktiva Ekstraventrikuler
        
        Obstruksi  ekstraventrikuler biasanya  menyebabkan  di- 
        latasi sistem ventrikuler dan rongga subarakhnoid prok- 
        simal  dari daerah obstruksi. Jenis umum obstruksi  ini 
        adalah  blok insisural, blok sisterna basal, blok  kon- 
        veksitas, dan blok ruang CSS distal. Blok granulasi  a- 
        rakhnoid mungkin berakibat dilatasi semua rongga CSS.
        

        Hidrosefalus Konstriktiva
        
        Pada malformasi Chiari jenis II, yang tampak pada pasi- 
        en dengan mielomeningosel, hindbrain yang tergeser  ke- 
        bawah  mungkin tertambat pada sambungan kraniovertebral 
        dan  fossa posterior yang kecil mungkin mengalami  obs- 
        truksi  secara  anatomi.  Konsekuensinya,  hidrosefalus 
        mungkin  terjadi karena gangguan sirkulasi CSS  sekitar 
        hindbrain. Pada keadaan ini ventrikel keempat memperli- 
        hatkan pergeseran kebawah dan  tak dapat diidentifikasi 
        pada posisi normal. Ventrikel keempat sering  ditemukan 
        dalam kanal servikal.
        

Mioma Uteri


Definisi
Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
Mioma tersebut muncul pada 20% wanita usia reproduksi (usia subur) dan biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaaan rutin.  Leiomioma yang tidak bergejala  terjadi sebanyak 40-50% pada wanita usia > 35 tahun. Pada umumnya unilateral (satu) atau kadang-kadang multipel (> 1).  Mioma bervariasi di dalam ukuran dan jumlah. Mioma sendiri juga dikatakan sebagai penyebab infertilitas (gangguan kesuburan) sebesar 27% pada wanita. Keguguran atau komplikasi dapat terjadi pada wanita dengan mioma dan salah satu penyebab histerektomi (operasi pengambilan rahim) terbesar. Leiomioma uteri dapat berlokasi di dinding rahim, menonjol melalui rongga endometrium atau permukaan rahim, dan dikenal sebagai subserosa, intramukosa, dan submukosa.
Penyebab
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel ganas)  yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek antiestrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
Tanda dan gejala
Pada umumnya wanita dengan leiomioma tidak mengalamai gejala. Gejala yang terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari leiomioma yaitu :
  1. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
  2. Perut terasa penuh dan membesar
  3. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma
  1. Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
  2. Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
  3. Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi
  4. Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)
  5. Poilisitemia (salah satu penyakit kelainan darah)
  6. Asites (penimbunan cairan di rongga perut)
Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui ukuran dan lokasi mioma uteri (rahim).
Terapi
Pilihan terapi untuk leiomioma adalah konservatif meliputi pemeriksaan berkala dengan menggunakan USG, terapi hormonal, operasi, dan intervensi radiologi.
  1. Pemeriksaan berkala
Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa gejala dan tidak mengarah ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan fisik dan USG harus diulangi setiap 6-8 minggu untuk mengawasi pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah. Apabila pertumbuhan stabil maka pasien diobservasi setiap 3-4 bulan
  1. Terapi hormonal
Dapat menggunakan preparat progestin atau Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Preparat tersebut memproduksi efek hipoestogen yang memiliki hasil memuaskan untuk terapi mioma
  1. Terapi operasi
  2. Miomektomi (operasi pengambilan mioma uteri)
Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin memiliki anak lagi. Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda kehamilan selama 4-6 bulan karena rahim masih dalam keadaan rapuh setelah dioperasi. Komplikasi dari miomektomi berupa risiko perdarahan harus dipertimbangkan. Kemungkinan untuk pertumbuhan mioma lagi setelah miomektomi berkisar 20-25% pasien
  1. Histerektomi
Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah miomektomi, dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi konvensional
  1. Miolisis
Koagulasi laparaskopik mioma dilakukan menggunakan neodymium
  1. Embolisasi arteri uteri
Sumbatan pada pembuluh darah arteri di rahim untuk menangani komplikasi perdarahan pada operasi kebidanan dan kandungan
 
SIFILIS
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru Besar" karena sering dikira penyakit lainnya.
Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Penyakit ini pada laki-laki lebih terlihat gejalanya dibandingkan dengan perempuan.Biasanya kaum perempuan tidak mengetahui gejalanya.Gejala yang ada yaitu seperti ruam berwarna merah pada daerah kelamin,dan biasanya sangat gatal.Meski kaum perempuan tidak akan tau apakah dia menderita penyakit sifilis,sebaiknya menjaga diri agar tidak tertular penyakit ini dan menularkan penyakit ini pada orang lain.Dan bagi kaum lelaki sebaiknya juga menjaga diri sendiri agar tidak tertular atau menularkannya pada orang lain.Cara satu-satunya untuk mencegah hal ini terjadi adalah setia pada pasangannya dan juga rutin diperiksa oleh dokter agar tidak menjadi terlalu parah