RSS
LETAK SUNGSANG





A. Pengertian

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :

1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.

2. Letak bokong kaki

3. Letak lutut

4. Letak kaki

Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.


B. Etiologi

Penyebab letak sungang :

1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.

2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).

3. Gemeli (kehamilan ganda)

4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.

5. Janin sedah lama mati.

6. sebab yang tidak diketahui.


C. Klasifikasi

1. Letak bokong (Frank Breech)

Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas ( 75 % )

2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)

Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang )

3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech)

adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :

- Kadua kaki : Letak kaki sempurna

Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna

- Kedua lutut : Letak lutut sempurna

Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna

Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :

1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)

2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)

3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)

4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)


D. Tanda dan Gejala

1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.

2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.

3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.

4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.


E. Diagnosis

1. Palpasi

Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan.

2. Auskultasi

DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.


Ddj X djj X


3. Pemeriksaan dalam

Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang – kadang kaki (pada letak kaki)

Bedakan antara :

- Lubang kecil - Mengisap

- Tulang (-) - Rahang Mulut

- Isap (-) Anus - Lidah

- Mekoneum (+)


- Tumit - Jari panjang

- Sudut 90 0 Kaki - Tidak rata Tangan siku

- Rata jari – jari - Patella (-)


- Patella Lutut

- Poplitea


4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus

F. Patofisiologi

Bayi letak sungsang disebabkan :

1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi

2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul

3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir

G. Penatalaksanaan

1. Sewaktu Hamil

Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar. Tehnik :

a. Sebagai persiapan :

1) Kandung kencing harus dikosongkan

2) Pasien ditidurkan terlentang

3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu

4) Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.

b. Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu

c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.

d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.

e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.

2. Pimpinan Persalinan

a. Cara berbaring :

- Litotomi sewaktu inpartu

- Trendelenburg

b. Melahirkan bokong :

- Mengawasi sampai lahir spontan

- Mengait dengan jari

- Mengaik dengan pengait bokong

- Mengait dengan tali sebesar kelingking.

c. Ekstraksi kaki

Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)

3. Cara Melahirkan Pervaginam

Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe)

Waktumemimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :

Fase I : fase menunggu

Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini akan memudahkan terjadinya nuchee arm

Fase II : fase untuk bertindak cepat.

Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid

H. Prognasis

1. Bagi ibu

Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar,juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.

2. Bagi anak :

Prognosa tidak begitu baik,karena adanya ganguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, talipusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.

Oleh karena itu setelah tali pusat lahir dan supaya janin hidup,janin harus dilakukan dalam waktu 8 menit.


I. Proses Keperawatan Ibu Dengan Letak Sungsang

1. Pengkajian

a. Aktifitas / Istirahat :

Melaporkan keletihan, kurang energi

Letargi, penurunan penampilan

b. Sirkulasi

Tekanan darah dapat meningkat

c. Eliminasi

Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada

d. Integritas ego

Mungkin sangat cemas dan ketakutan

e. Nyeri / Ketidaknyamanan

Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).

Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).

f. Keamanan

Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala

Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi bokong)

Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara

g. Seksualitas

Dapat primigravida atau grand multipara

Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.

h. Pemeriksaan Diagnosis

- Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple

- Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan formasi.


2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir

b. Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin

c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin

d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri

Intervensi :

1) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan

(Rasional : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman)

2) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana

(Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.

3) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu

(Rasional : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan)

4) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, pemberian es batu)

(Rasional : Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien)

5) Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM

(Rasional : Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi)

6) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi

(Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus)

Kriteria Evaluasi :

- Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan

- Tampak rileks diantara kontraksi

- Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi

b. Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin

Intervensi :

1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi

(Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat)

2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan persalinan

(Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama)

3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik

(Rasional : Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal / janin)

4) Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin

(Rasional : Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama)

5) Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi

(Rasional : Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks)

6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.

(Rasional : Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik)

7) Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi

(Rasional : Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina)

Kriteria Evaluasi :

- Tidak terdapat cedera pada ibu

c. Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin

Intervensi :

1) Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan periodik dan frekuensi dasar.

(Rasional : Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis)

2) Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia

(Rasional : Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos)

3) Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang

(Rasional : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos)

4) Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong

(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria)

5) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan PKA

(Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila presentasi selain verteks)

Kriteria Evaluasi :

- Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat

d. Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

Intervensi Keperawatan :

1) Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi / penonjolan

(Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi)

2) Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan

(Rasional : Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional)

3) Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi

(Rasional : Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik)

4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi

(Rasional : Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping)

5) Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari

(Rasional : Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara positif)

Kriteria Evaluasi :

- Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi

- Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efekti
  



Polihidramnion adalah berlebihnya produksi cairan amnion (ketuban) di dalam rahim. Polihidramnion dapat disebabkan karena berlebihnya produksi, berkurangnya penyerapan cairan, atau penyebab lain. Penyebabnya diantaranya adalah :
penyebab dari ibu
obstruksi / sumbatan dari saluran pencernaan
gangguan menelan janin
poliuria janin (janin terlalu banyka berkemih)
infeksi kongenital
gagal jantung kongestif
penyebab idiopatik

Hidramnion akut adalah salah satu subtipe dari hidramnion dimana cairan amnion secara cepat berakumulasi dan menghasilkan keluhan pada ibu. Hidramnion akut umumnya terjadi pada kasus twin-twin transfusion syndrome. Twin-twin transfusion syndrome adlah sindroma dimana salah satu janin mendapatkan suplai darah yang lebih besar dibandingkan kembarannya.

Risiko dari terdapatnya hidramnion akut ini adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) dimana ketuban pecah sebelum waktunya dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi dalam rahim, melahirkan prematur, gangguan perkembangan janin dalam rahim, putusnya tali pusat janin, peningkatan angka operasi sesar, dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan).

Berdasarkan beberapa jurnal yang diterbitkan oleh British Medical Journal dan BJOG : An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, hidramnion akut dapat diatasi dengan cara parasintesis uteri (rahim). Parasintesis uteri adalah metode mengurangi cairan amnion dengan menghisapnya melalui jarum yang ditusukkan dari perut. Namun pada beberapa kasus dimana didapatkan adanya malformasi (kecacatan), induksi atau perangsangan untuk pengeluaran janin pervaginam (secara normal) merupakan indikasi.

Sebaiknya masalah ini dikonsultasikan secara langsung ke dokter spesialis kebidanan yang menangani. Beliau akan memonitor seberapa banyak cairan di rahim, ukuran rahim, dan melakukan prenatal care. Hidramnion akut akan ditelusuri penyebabnya (bila memang ada penyebabnya), dan diterapi sesuai dengan penyebab dasarnya

KONSEP EKLAMSI
Batasan
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) (Wirjoatmodjo, 1994: 49).
Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada ante, intra dan post partum (Angsar MD, 1995: 41) .
Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut. (Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 49)
Pembagian Eklamsi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
  1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat  inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
  1. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.      ( Manuaba, 1998: 245)
Gejala Klinis Eklamsi
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
  1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
a) Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
1) Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
2) Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3) Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah  berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
4) Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)
  1. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
a) Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ                 (Wirjoatmodjo, 1994: 49) .
Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
  1. Berdasarkan gejala klinis diatas
Pemeriksaan laboratorium  meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
a Kardiologi
b Optalmologi
c Anestesiologi
d Neonatologi dan lain-lain
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:
1. Febrile convulsion   ( panas +)
2. Epilepsi                    ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus                    ( kejang tonik atau kaku kuduk)
4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)
Komplikasi Serangan
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:
1. Lidah tergigit
2. Terjadi perlukaan dan fraktur
3. Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan
( Muchtar Rustam, 1995:226)
Bahaya Eklamsi
  1. Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah  menambah gangguan fungsi paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus.
  1. Bahaya eklamsi pada janin Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR   (Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim (Pedoman Diagnosis dan  Terapi, 1994:  43).
Prognosa
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden adalah:
1. Koma yang lama
2. Nadi diatas 120 per menit
3. Suhu diatas 39°C.
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari sepuluh serangan
6. Priteinuria 10 gr sehari atau lebih
7. Tidak adanya oedema.  ( M Dikman A, 1995: 45)
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
  1. Konsep pengobatan
Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi koma, meningkatkan jumlah diuresis.
  1. Obat untuk anti kejang
MgSO4   ( Magnesium Sulfat) Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
Syarat :  reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan  Mg SO 4   20 %, 2gr I.V.  pelan-pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-pelan.
Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum glukonas  kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V  pelan-pelan selama 3 menit atau lebih.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO 4
HIDROSEFALUS KONGENITAL
        
        Hidrosefalus  adalah keadaan dimana  terjadi  akumulasi 
        CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel  dan 
        ruang subarakhnoid. Bila akumulasi CSS yang  berlebihan 
        terjadi  diatas hemisfer serebral, keadaan ini  disebut 
        higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada ka- 
        sus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada  sis- 
        tema ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai  hidrose- 
        falus internal.
             Peninggian TIK harus dibedakan dari peninggian te- 
        kanan intraventrikuler. Beberapa lesi intrakranial  me- 
        nyebabkan peninggian TIK, namun tidak perlu menyebabkan 
        hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen  de- 
        ngan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi  sereb- 
        ral.  Juga, dilatasi ventrikuler tidak  selalu  berarti 
        hidrosefalus dan juga tampak pada atrofi serebral. Hid- 
        rosefalus  adalah kesatuan klinik yang  dibedakan  oleh 
        tiga  faktor: (1) peninggian tekanan  intraventrikuler, 
        (2) penambahan volume CSS, dan (3) dilatasi rongga CSS.
             Hidrosefalus  internal menyebabkan peninggian  te- 
        kanan intraventrikuler dan pembesaran sistem  ventriku- 
        ler.  Mantel serebral terregang dan menipis. Sentrum o- 
        val, talamus dan ganglia basal tertekan. Akson kortiko- 
        spinal dan kortikotalamik tertekan dan terregang, serta 
        mielinasinya  terganggu. Giri hemisfer serebral  menda- 
        tar, dan vaskulatur serebral terregang. Septum  pelusi- 
        dum menjadi tipis, seperti juga vault dan dasar tengko- 
        rak. Rongga subarakhnoid serta sisterna diluar hemisfer 
        serebral berdilatasi, umumnya dengan tidak mengindahkan 
        jenis dari hidrosefalus. Nekrosis subependimal serta e- 
        dema  akibat pendataran dan robeknya lapisan ependimal, 
        serta pembesaran ruang ekstraseluler, dapat dilihat pa- 
        da mikroskop elektron.
             Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, 
        volume  CSS, dan ukuran ventrikel menimbulkan  kelainan 
        berikut: pembesaran kepala, penonjolan fontanel,  sepa- 
        rasi  sutura, tanda MacEwen positif,  fenomena  setting 
        sun,  scalp yang mengkilap, dilatasi vena scalp,  stra- 
        bismus konvergen atau divergen, tangis yang high pitch- 
        ed, postur opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang. 
        Gejala  klinik ini biasanya tampak  pada   hidrosefalus 
        progresif  cepat. Mereka dapat terjadi  bersamaan  atau 
        bergantian. Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau  ri- 
        ngan,  hanya  perubahan ringan pada  sutura,  fontanel, 
        scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrose- 
        falus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tam- 
        pil  hingga pasien mulai berjalan, dimana  keadaan  ini 
        dibuktikan dengan langkah berdasar-lebar, para paresis, 
        hemianopia bitemporal, dan retardasi mental.
             Pada hidrosefalus infantil, hidrosefalus primer a- 
        tau idiopatik sangat lebih banyak dari hidrosefalus se- 
        kunder.  Gejala mungkin tampak dini pada kehidupan  in- 
        trauterin atau terlambat, beberapa bulan setelah lahir. 
        Gejala  mungkin tampak tiba-tiba (hidrosefalus  akuta), 
        atau  perlahan-lahan (hidrosefalus   kronika). Insidens 
        hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000  ke- 
        lahiran.  Hidrosefalus terjadi pada tiga per  100  anak 
        yang lahir dari orangtua yang memiliki anak  mielomeni- 
        ngosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyak- 
        an kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik).  Ke- 
        kecualian  hanya pada hidrosefalus herediter  yang  sex 
        linked, disebabkan oleh stenosis akuaduktal. Jenis hid- 
        rosefalus  ini merupakan kurang dari tiga  persen  dari 
        hidrosefalus  kongenital. Bila anak pertama  diperkira- 
        kan memiliki hidrosefalus primer, diperlukan  konseling 
        genetika. Bila anak kedua dipastikan laki-laki dari am- 
        niosentesis, aborsi harus dipikirkan.
             Hidrosefalus mungkin disebabkan oleh satu dari ti- 
        ga  faktor: (1) produksi CSS yang berlebihan, (2)  obs- 
        truksi jalur CSS, dan (3) gangguan absorpsi CSS.
             Hidrosefalus sekunder sering disebabkan oleh kela- 
        inan  berikut: (1) hematoma subdural, (2) tumor  intra- 
        ventrikuler,  (3)  tumor para sellar, (4)  tumor  fossa 
        posterior, (5) cedera kranioserebral, (6) infeksi  lep- 
        tomeningeal, (7) perdarahan subarakhnoid, (8)  karsino- 
        matosis atau sarkomatosis mening, dan (9)  toksoplasmo- 
        sis.
 
 
 
 
 
 

        
        
        DIAGNOSIS HIDROSEFALUS 
        
        
        Penyebab obstruksi
        
        Kebanyakan hidrosefalus kongenital adalah  hidrosefalus 
        primer atau idiopatik. Hidrosefalus mungkin  disebabkan 
        lesi  massa yang tak terperkirakan, seperti  tumor  dan 
        sista.  Karenanya harus hati-hati untuk tidak saja  me- 
        nentukan tempat obstruksi, namun juga untuk  menentukan 
        penyebab obstruksi dalam mendiagnosis hidrosefalus.
             Hipersekresi CSS diketahui sebagai penyebab hidro- 
        sefalus pada papiloma pleksus khoroid, namun perdarahan 
        perlahan berkala juga dipikir sebagai kemungkinan meka- 
        nisme obstruksi daerah absorpsi.


        Menetapkan Tempat Obstruksi Jalur CSS
        
        CT scan secara tepat menggambarkan struktur intrakrani- 
        al, terutama ruang CSS, dan tak mungkin dihindarkan un- 
        tuk  mendiagnosis hidrosefalus. Penilaian  tempat  obs- 
        truksi dengan CT scan berdasar pada titik transisi dari 
        ruang  CSS yang berdilatasi dan yang tidak.  Kebanyakan 
        kasus hidrosefalus disebabkan oleh obstruksi jalur  CSS 
        (hidrosefalus obstruktiva). Ada dua jenis obstruksi ja- 
        lur CSS: obstruksi intraventrikuler (hidrosefalus  obs- 
        truktif intraventrikuler atau nonkomunikans)  dan  obs- 
        truksi  ekstraventrikuler (hidrosefalus obstruktif  in- 
        traventrikuler atau komunikans). Secara  umum  dilatasi 
        ventrikuler lebih jelas pada obstruksi intraventrikuler 
        dibanding obstruksi ekstraventrikuler.
             Kebanyakan  keadaan berikut adalah didapat  diban- 
        ding kongenital, namun pengetahuan mengenainya diperlu- 
        kan untuk mengerti sepenuhnya tentang hidrosefalus  dan 
        untuk  diagnosis diferensial. Pada banyak kasus  bentuk 
        didapat  dapat dikenal dan bentuk kongenital  karenanya 
        tersingkirkan.
        
        
        Hidrosefalus Obstruktiva Intraventrikuler
        
        Pada dilatasi monoventrikuler, obstruksi foramina Monro 
        (atresia satu foramina Monro) berakibat dilatasi unila- 
        teral  dari ventrikel lateral pada sisi yang  obstruksi 
        dan menyebabkan hidrosefalus unilateral atau  asimetri- 
        kal. Bila terjadi dilatasi biventrikuler, obstruksi ke- 
        dua  foramina Monro atau ventrikel  ketiga  menyebabkan 
        hidrosefalus simetrikal.
             Pada dilatasi triventrikuler, obstruksi akuaduktus 
        (stenosis  akuaduktus) menyebabkan  dilatasi  ventrikel 
        lateral dan ventrikel ketiga. Ventrikel keempat  biasa- 
        nya normal dalam ukuran dan lokasinya. 
             Pada dilatasi tetraventrikuler, atau  panventriku- 
        ler, obstruksi outlet ventrikel keempat (atresia  fora- 
        mina  Luschka dan Magendie) menyebabkan dilatasi  semua 
        bagian sistema ventrikuler, terutama ventrikel  keempat 
        (transformasi sistik ventrikel keempat, atau sista Dan- 
        dy-Walker).
        
        
        Hidrosefalus Obstruktiva Ekstraventrikuler
        
        Obstruksi  ekstraventrikuler biasanya  menyebabkan  di- 
        latasi sistem ventrikuler dan rongga subarakhnoid prok- 
        simal  dari daerah obstruksi. Jenis umum obstruksi  ini 
        adalah  blok insisural, blok sisterna basal, blok  kon- 
        veksitas, dan blok ruang CSS distal. Blok granulasi  a- 
        rakhnoid mungkin berakibat dilatasi semua rongga CSS.
        

        Hidrosefalus Konstriktiva
        
        Pada malformasi Chiari jenis II, yang tampak pada pasi- 
        en dengan mielomeningosel, hindbrain yang tergeser  ke- 
        bawah  mungkin tertambat pada sambungan kraniovertebral 
        dan  fossa posterior yang kecil mungkin mengalami  obs- 
        truksi  secara  anatomi.  Konsekuensinya,  hidrosefalus 
        mungkin  terjadi karena gangguan sirkulasi CSS  sekitar 
        hindbrain. Pada keadaan ini ventrikel keempat memperli- 
        hatkan pergeseran kebawah dan  tak dapat diidentifikasi 
        pada posisi normal. Ventrikel keempat sering  ditemukan 
        dalam kanal servikal.
        

Mioma Uteri


Definisi
Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada wanita. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
Mioma tersebut muncul pada 20% wanita usia reproduksi (usia subur) dan biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaaan rutin.  Leiomioma yang tidak bergejala  terjadi sebanyak 40-50% pada wanita usia > 35 tahun. Pada umumnya unilateral (satu) atau kadang-kadang multipel (> 1).  Mioma bervariasi di dalam ukuran dan jumlah. Mioma sendiri juga dikatakan sebagai penyebab infertilitas (gangguan kesuburan) sebesar 27% pada wanita. Keguguran atau komplikasi dapat terjadi pada wanita dengan mioma dan salah satu penyebab histerektomi (operasi pengambilan rahim) terbesar. Leiomioma uteri dapat berlokasi di dinding rahim, menonjol melalui rongga endometrium atau permukaan rahim, dan dikenal sebagai subserosa, intramukosa, dan submukosa.
Penyebab
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel ganas)  yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek antiestrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
Tanda dan gejala
Pada umumnya wanita dengan leiomioma tidak mengalamai gejala. Gejala yang terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari leiomioma yaitu :
  1. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
  2. Perut terasa penuh dan membesar
  3. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma
  1. Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
  2. Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
  3. Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi
  4. Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)
  5. Poilisitemia (salah satu penyakit kelainan darah)
  6. Asites (penimbunan cairan di rongga perut)
Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui ukuran dan lokasi mioma uteri (rahim).
Terapi
Pilihan terapi untuk leiomioma adalah konservatif meliputi pemeriksaan berkala dengan menggunakan USG, terapi hormonal, operasi, dan intervensi radiologi.
  1. Pemeriksaan berkala
Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa gejala dan tidak mengarah ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan fisik dan USG harus diulangi setiap 6-8 minggu untuk mengawasi pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah. Apabila pertumbuhan stabil maka pasien diobservasi setiap 3-4 bulan
  1. Terapi hormonal
Dapat menggunakan preparat progestin atau Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Preparat tersebut memproduksi efek hipoestogen yang memiliki hasil memuaskan untuk terapi mioma
  1. Terapi operasi
  2. Miomektomi (operasi pengambilan mioma uteri)
Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin memiliki anak lagi. Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda kehamilan selama 4-6 bulan karena rahim masih dalam keadaan rapuh setelah dioperasi. Komplikasi dari miomektomi berupa risiko perdarahan harus dipertimbangkan. Kemungkinan untuk pertumbuhan mioma lagi setelah miomektomi berkisar 20-25% pasien
  1. Histerektomi
Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah miomektomi, dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi konvensional
  1. Miolisis
Koagulasi laparaskopik mioma dilakukan menggunakan neodymium
  1. Embolisasi arteri uteri
Sumbatan pada pembuluh darah arteri di rahim untuk menangani komplikasi perdarahan pada operasi kebidanan dan kandungan
 
SIFILIS
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru Besar" karena sering dikira penyakit lainnya.
Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Penyakit ini pada laki-laki lebih terlihat gejalanya dibandingkan dengan perempuan.Biasanya kaum perempuan tidak mengetahui gejalanya.Gejala yang ada yaitu seperti ruam berwarna merah pada daerah kelamin,dan biasanya sangat gatal.Meski kaum perempuan tidak akan tau apakah dia menderita penyakit sifilis,sebaiknya menjaga diri agar tidak tertular penyakit ini dan menularkan penyakit ini pada orang lain.Dan bagi kaum lelaki sebaiknya juga menjaga diri sendiri agar tidak tertular atau menularkannya pada orang lain.Cara satu-satunya untuk mencegah hal ini terjadi adalah setia pada pasangannya dan juga rutin diperiksa oleh dokter agar tidak menjadi terlalu parah
 
Heeeiii...Dis iS Jhiey or....Zhiey...
Dis is mY seCond Blog....
I duNNo wHere mY 1st bLog gonE...
Huuupppptt..

Ukayyy....
Dis Is...
 
 
Dis iS my LooooNeeyyy frIEND iI'VE eveR meet...
Let Me inTroduce They're Name...
Me..Ipegh..Puuniiy..GembuL..Markonah..BebeK..SulakZ..eN..mBok deR..


Ehmm....and dis Is 
 


my CLASSMATESSSSSSSS...yyyaaaayyy...
GreaT BEE !!

Antenatal Care, Intranatal Care, Postnatal Care

ANTENATAL CARE (ANC)

Pemeriksaan fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Sebelum memulai pemeriksaan, perawat harus menjelaskan pada ibu dan kelurga apa yang akan dilakukan. Berikan mereka waktu untuk mengajukan pertanyaan sehingga mereka dapat memahami pentingnya pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.
Banyak ibu merasa malu membuka bajunya dan memperlihatkan bagian tubuhnya, hal ini perlu diperhatikan oleh perawat untuk menjaga privasi pasien tutuplah bagian tubuhnya ibu dengan kain, sehingga hanya bagian tubuh yang diperiksa saja yang terbuka. Ibu hendaknya diperiksa dengan sentuhan yang hati-hati dengan sikap bersahabat sambil menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alas an melakukannya.

1. ALAT DAN KOMPONEN PEMERIKSAAN KEHAMILAN
A. PERALATAN PEMERIKSAAN

Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang diperiksanya. Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil. Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter, stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan).

B. KOMPONEN PEMERIKSAAN FISIK PADA KUNJUNGAN ANTENATAL PERTAMA
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Tinggi Badan
b. Berat badan
c. Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
2. Kepala dan leher
a. Edema diwajah
b. Ikterus pada mata
c. Mulut pucat
d. Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid
3. Tangan dan kaki
a. Edema di jari tangan
b. Kuku jari pucat
c. Varices vena
d. Reflek – reflek
4. Payudara
a. Ukuran simetris
b. Putting menonjol / masuk
c. Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d. Retraksi
e. Massa
f. Nodul axilla
5. Abdomen
a. Luka bekas operasi
b. Tinggi fundus uteri (jika>12 minggu)
c. Letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala (jika>36 minggu)
d. Denyut jantung janin (jika>18 minggu)
6. Genetalia luar (externa)
a. varises
b. perdarahan
c. luka
d. cairan yang keluar
e. pengeluaran dari uretra dan skene
f. kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
7. Genetalia dalam (interna)
a. servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau terbuka
b. vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
c. ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d. uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.

2. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Dalam pemeriksaan kehamilan meliputi beberapa langkah antara lain :
1. Perhatikan tanda – tanda tubuh yang sehat
Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, scoliosis atau pincang dsb. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan gembira, apakah ibu tampak lemah.


2. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak tersedia timbangan, perhatikan apakah ibu bertambah berat badannya. Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Yang sebagian besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Jelaskan bahwa berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan janinnya tumbuh dengan baik bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu maka ia perlu dirujuk. Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat ukur tinggu badan maka bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran centi meter. Pada ibu yang pendek perlu diperhatikan kemungkinan mempunyai panggul yang sempit sehingga menyulitkan dalam pemeriksaan. Bila tinggu badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai.
3. Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmhg atau lebih mintalah ibu berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus dirujuk ke dokter serta perlu diperiksa kehamilannya. Khususnya tekanan darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan ibu persalinannya direncanakan di rumah sakit.
4. Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.
Pada saat melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan obstetric yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi terhadap ibu hamil dari kepala sampai kaki.
- Lihatlah wajah atau muka pasien
Adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan kuku pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut. Jelaskan bahwa ibu sedang diperiksa apakah kurang darah atau tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat selama kehamilan dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet tambah darah mencegah kurang darah.
Bila terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada tangn dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat kehamilannya dan tekanan darahnya, serta direncanakan persalinannya dirumah sakit. Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah sclera mata adakah sclera kuning atau ikterik
- Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah adakah stomatitis, gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat.
- Lihatlah kelenjar gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan saluran limfe
- Lihat dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau bahkan masuk. Putting susu yang datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya. Apakah asinya sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola mammae adakah hiperpigmentasi areola mammae.
- Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi pada perut ibu.
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk dilakukan hal– hal sebagai berikut :
• Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya bila perlu
• bantulah ia untuk santai. Letakkan sebuah bantal dibawah kepala dan bahunya. Fleksikan tangan dan lutut. Jika ia gelisah bantulah ia untuk santai dengan memintanya menarik nafas panjang.
• cucilah tangan anda sebelum mulai memeriksa, keringkan dan usahakan agar tangan perawat cukup hangat.
Lihatlah bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris) adakah linea alba nigra, adakah striae gravidarum, adakah bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin. Tentukan apakah pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilannya. Pertumbuhan janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke panggul. Pada kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri biasanya sedikit diatas tulang panggul. Pada kehamilan 24 minggu fundus berada di pusat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat bervariasi. Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dri simfisis pubis dalam sentimeter dengan pedoman sebagai berikut:
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri
20 minggu 20 cm
24 minggu 24 cm
28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 34- 46 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar.

5. Pemeriksaan leopold I, untuk menentukan bagian janin yang berada dalam fundus uteri.
Petunjuk cara pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah kepala pasien. Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk uterus. Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk, ukuran konsistensi dan gerakan janin.
Tentukan bagian janin mana yang terletak di fundus. jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan teraba bagian bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen). Jika bokong yang terletak di fundus,maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa penuh. Pada letak lintang palpasi didaerah fundus akan terasa kosong.

6. Pemeriksaan Leopold II, untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus.
Petunjuk pemeriksaan :
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala pasien. Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi. Secara perlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana terletak pada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki.
Hasil : bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur,sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian kecil yang tidak teratur mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula berada pada posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.

7. Pemeriksaan Leopold III, untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah.
Petunjuk cara memeriksa:
Dengan lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen pasien tepat diatas simfisis pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada disana. Bandingkan dengan hasil pemeriksaan Leopold.
Hasil : bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang berada diabagian terbawah, coba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah “engaged” bila tidak dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.

8. Pemeriksaan Leopold IV, untuk menentukan presentasi dan “engangement”.
Petunjuk dan cara memeriksa :
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk menekan kearah pintu atas panggul
Hasil: pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian janin terbawah yang berada didalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui pintu atas panggul.

9. Pemeriksaan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin menunjukkan kesehatan dan posisi janin terhadap ibu. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janin biasanya berdenyut 120-160 kali permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak, katakana pada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar. Mintalah ibu segera bila janinnya berhenti bergerak. Bila sampai umur kehamilan 28 minggu denyut jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera dirujuk.

10. pemeriksaan punggung dibagian ginjal.
Tepuk punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya.

11. Pemeriksaan genetalia
Cucilah tangan, kemudian kenakan sarung tangan sebelum memeriksa vulva. Pada vulva terlihat adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang tidak berbau. Pada kehamilan normal, tak ada rasa gatal, luka atau perdarahan. Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan normal tidak teraba adanya benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan dengan sarung tangan yang masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali lagi cucilah tangan dengan sabun

12. Distansia tuberan yaitu ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau jarak antara tuber iskhiadikum kanan dan kiri dengan ukuran normal 10,5-11cm

13. Konjugata eksterna (Boudeloge) yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V, dengan ukuran normal sekitar 18-20 cm. bila diameter bouldelogue kurang dari 16 cm, kemungkinan besar terdapat kesempitan panggul.

14. Pemeriksaan panggul pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan. Ada empat cara melakukan pemeriksaan panggul yaitu dengan pemeriksaan pangdang (inspeksi) dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul, misalnya pasien sangat pendek, bejalan pincang, terdapat kelainan seperti kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidah simetris. Dengan pemeriksaan raba, pasien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul bial pada pemeriksaan raba pasien didapatkan: primigravida pada kehmilan aterm terdapat kelainan letak. Perasat Osborn positif fengan melakukan pengukuran ukuran-ukuran panggul luar.
Alat untuk menukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah jangka panggul dari martin. Ukuran – ukuran panggul yang sering digunakan untuk menilai keadaan panggul adalah:
a. Distansia spinarum Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, dengan ukuran normal 23-26 cm
b. Distansia kristarum Yaitu jarak antara Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar 26-29 cm. bila selisih antara distansi kristarum dan distansia spinarum kurang dari 16 cm, kemungkinan besar adanya kesempitan panggul.

15. Pemeriksaan ektremitas bawah memeriksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan didaerah pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem positif pada tungkai kaki dapat menendakan adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya keadaan pre eklamsi sudah lebih berat.

16. Pemeriksaan reflek lutut (patella) mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B1. bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.

 INTRANATAL CARE (INC)
Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal bila prosesnya usia kehamilan cukup bulan tanpa di sertai komplikasi.
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir pada saat plasenta lepas secara lengkap.


1. Tanda dan Gejala Persalinan.
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang menyebabkan perubahan pada serviks.
c. Cairan lender bercampur darah (“Bloody show”) melalui vagina.
d. Perasaan distensi abdomen berkuran (lightening).
e. Ketuban pecah dini.
f. Lonjakan energy.
g. Gangguan saluran cerna.

2. Fase-Fase dalam Kala Satu
Kala satu persalinan dibagi didalam dua urutan fase : laten dan aktif.
Setiap fase persalinan ditandai oleh perubahan fisik dan perubahan psikologis yang dapat diukur. Perubahan fisik digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan. Sedangkan perubahan psikologis digunakan untuk menentukan fase persalinan yang dicapai wanita tanpa melakukan pemeriksaan dalam dan untuk mengarahkan bidan untuk member dukungan dan mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan kenyamanan.
Fase Laten
1) Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progesif.
2) Dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga sampai pembukaan tiga atau empat.
3) Kontraksi menjadi lebih stabil seiring dengan peningkatan frekuensi. Antara 20-30 detik.
4) Pada umumnya fase berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
Fase Aktif
1) Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi kmoplet dan mencakup fase transisi.
2) Dimulai dari pembukaan tiga atau empat sampai pembukaan sepuluh.
3) Kontraksi selama masa aktif menjadi lebih sering dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas lebih panjang, lebih dari 40 detik.
4) Dari pembukaan 4 – 10 akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1cm per jam untuk primigavida dan 2cm per jam untuk multigravida.
5) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

3. Anamnesis dan Pemeriksaaan Fisik Ibu Bersalin
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan bagian dari asuhan saying ibu yang baik dan aman selama persalinan. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda-tanda penyulit atau kondisi gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan untuk memastikan proses persalinanakan berlangsung secara aman. Catat semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan lengkap. Jelaskan makna dan kesimpulan pada ibu dan keluarganya.
Anamnesis
Tujuan : mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan.
Informasi ini digunakan dalam membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnose dan mengembangkan rencana asuhan.
Tanyakan pada ibu :
1. Nama, umur, alamat.
2. Gravida dan para.
3. Hari pertama haid terakhir.
4. Kapan bayi akan lahir.
5. Riwayat alergi obat-obatan tertentu.
6. Riwayat kehamilan sekarang.
7. Riwayat kehamilan sebelumnya.
8. Riwayat medis.
9. Masalah medis saat ini.
10. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas bentuk kekhawatiran lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan : menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Informasi ini digunakan untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan sesuai dengan kondisi ibu.
A. Pemeriksaaan Abdomen
a) Menentukan Tinggi Fundus Uteri
Dilakukan saat uterus tidak berkontraksi.
Ukur dengan menggunakan pita pengukur.
Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rentangkan pita hingga kepuncak fundus mengikuti linea medialis dinding abdomen.
b) Memantau Kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik jam tangan atau jam dinding untuk memantau kontraksi uterus.
Letakan tangan diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit.
Tentukan durasi stiap kontraksi yang terjadi.
c) Memantau Denyut Jantung Janin
Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin dan menghitung jumlah denyut jantung janin per menit
Gunakan jarum detik jam tangan atau jam dinding.
Tentukan titik DJJ.
Dengarkan DJJ salama 60 detik.
Lakukan penilaian DJJ lebih dari satu kontraksi.
Nilai kembali DJJdari pemeriksaan sebelmnya.
d) Menentukan Prsentasi
Berdiri disamping ibu dan menghadap kearah kepala ibu.
Minta ibu mengangkat tungkai atas dan lutut ibu.
Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen ibu.
Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong adalah petunjuk presentasi bayi.
Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian itu masih dapat digerakkan, dan jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul maka bagian itu tidak dapat digerakan.
Untuk menentukan presentasi kepala atau bokong maka pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat, teraba keras berbatas tegas dan mudah digerakan bila belum memasuki rongga panggul biasanya adalah kepala.
Jika berbentuk kurang tegas, teraba kenyal, relative lebih besar dan sulit terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya bokong.
e) Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin
Dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas tepi atas simpisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa.
Metode 5 jari adalah :
1. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.
2. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
3. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
4. 2/5 jika haya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan 3/5 bagian telah turun ke rongga panggul.
5. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat teraba bagian terbawah janin yang berada diatas simpiss dan 4/5 bagian telah masuk ke rongga panggul
6. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin telah masuk ke rongga panggul.

B. Pemeriksaan Dalam
Langah-langkah :
a) Tutupi badan ibu.
b) Minta ibu berbaring terlentang dan lutut ditekuk dan paha dibentangkan.
c) Pakailah sarung tangan steril.
d) Bersihkan vulva dengan larutan antiseptic.
e) Periksa genetalia eksterna apakah ada luka atau massa, termasuk kondiloma, varikositas vulva atau rectum, luka parut perineum.
f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam, mekonium.
g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan ibu jari manis dan ibu jari.
h) Masukan jari telunjuk, di ikuti jari tengah.
i) Nilai vagina, adanya luka parut.
j) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
k) Periksa adanya tali pusat atau bagian terkecil janin.
l) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka apakah sudah masuk kedalam rongga panggul.
m) Jika bagian trebawah janin adalah kepala, pastikan petunjuknya dan celah sagitalis untuk menilai derajat penyusupan.
n) Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari secara hati-hati.
o) Lepas sarung tangan dan celupkan kedalam larutan klorin.
p) Cuci tangan.
q) Catat semua pemeriksaan dalam pendokumentasian.
4. Pengenalan Dini Terhadap Masalah dan Penyulit
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap waspada terhadap indikasi dan segera lakukan tindakan yang diperlukan.
5. Persiapan Asuhan Persalinan
a. Persiapan Ruangan
Ruangan yang hangat dan bersih dan memiliki sirkulasi udara.
Memiliki sumber air bersih dan mengalir.
Kamar mandi yang bersih.
Tempat yang lapang bagi ibu untuk berjalan-jalan sebelum ibu melahairkan.
Penerangan yang cukup.
Tempat tidur yang bersih.
Tempat yang bersih, ntuk menyipan barang-barang.
b. Persiapan Perlengkapan, Bahan-Bahan dan Obat-Obatan
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang dipelukan serta dalam keadaan siap pakai.
Periksa semua obat dan bahan sebelum dan sesudah menolong persalinan.
Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai, seperti partus set, heating set dan alat-alat resusitasi bayi.
c. Persiapan Rjukan
Jika terjadi penyulit, segara rujuk ke fasilitas yang lebih sesuai.
Sertakan dokumen tertulis semua asuhan yang telah diberikan, termasuk partograf


d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Prinsip umum asuhan saying ibu
1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan.
2) Jawab semua pertanyaan yang diajukan oleh ibu dan keluarga.
3) Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungan.
4) Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan.
5) Siap dengan rencana rujukan.
Asuhan sayang ibu yaitu :
1) Memberikan dukungan emosional.
2) Membantu pengaturan posisi ibu.
3) Memberika cairan dan nutrisi.
4) Keleluasan menggunakan kamar mandi secara teratur.
5) Pencegahan infeksi.
6. Partograf
Tujuan :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan.
Mendeteksi proses persalinan berjalan normal atau tidak.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, grafik keajuan proses persalinan.
Pencatatan Selama Fase Laten
Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
Denyut jantung janin.
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus.
Nadi.
Pembukaan serviks.
Tekanan darah dan temperature tubuh.
Produksi urine, aseton dan protein.
Pencatatan Selama Fase Aktif
Informasi tentang ibu.
a. Nama, umur.
b. Gravida, para, abortus.
c. Nomor catatan medis.
d. Tanggal dan waktu.
e. Waktu pecahnya ketuban.

Kondisi janin.
a. DJJ.
b. Warna dan adanya air ketuban.
c. Molase.
Kemajuan persalinan.
a. Pembukaan serviks.
b. Presentasi janin.
c. Garis waspada atau garis bertindak.
Jam dan waktu.
a. Waktu mulainya fase aktif.
b. Waktu actual saat pemeriksaan.
Kontraksi uterus
a. Frekuensi dan lamanya.
b. Lama kontraksi.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
a. Oksitosin.
b. Obat-obatan lainnya.
Kondisi ibu.
a. Nadi, tekanan darah, suhu.
b. Urin

 POST NATAL CARE (PNC)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
• INTI POST PARTUMINTI POST PARTUM
1. INVOLUSI (LOKEA)
2. LAKTASI
3. MOBILISASI
Pembagian Masa Nifas
• Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. • Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.
• Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
» Uterus
• Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil
» Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
» Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata
uterus 750 gr.
» Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat
uterus 500 gr
» Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat
uterus 350 gr
» Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr
Lochea
• Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
• Macam – macam Lochea
» Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium,selama 2 hari post partum.
» Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
» Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum
» Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
» Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
» Lochea stasis : lochia tidak lancar keluarnya.
Serviks
• Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
Vulva dan Vagina
• Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
Perineum
• Segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
Payudara
• Perubahan pada payudara dapat meliputi :
» Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
» Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
» Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
Sistem Perkemihan
• Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
• Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yangberdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu
Sistem Gastrointestinal
• Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang
Sistem Kardiovaskuler
• Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
• Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Sistem Endokrin
• Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
Sistem muskuloskletal
• Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
Sistem integumen
• Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit
• Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
Perawatan Pasca Persalinan
• Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miringkekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Diet
• Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandong protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Miksi
• Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
Defekasi
• Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.


Perawatan payudara (mamma)
• Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
» Pembalutan mamma sampai tertekan.
Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel
• Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
• (Inisiasi Menyusui 1 jam pertama)
• Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
• (Inisiasi Menyusui 1 jam pertama) Laktasi
• Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar,alveoli dan jaringan lemak bertambah.
• Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.
• Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
• Setelah persalinan, pengaruh supresi strogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yangakan merangsang air susu. Disamping itu,pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
• Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu primipara.
• Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
• Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
• Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu. Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
1. Talking In period
• Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.

2. Taking Hold Period
• Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3. Letting Go Period
• Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu. Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
PENGKAJIAN POST PARTUM
• A. BIODATA KLIEN
Biodata klien berisi tentang :
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record,
Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation puting susu. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy,echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 1224 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
KONSEP DIRI
• Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.

SEXUAL
• Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suarasuara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,tatarias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
PROFIL KELUARGA
• Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan
masyarakat.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
• Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL-KULTURAL
a). Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
b). Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna.